MENYALURKAN SOLUSI, IDE, dan KEPUTUSAN MELALUI KOMUNIKASI PADA SUATU ORGANISASI
MENYALURKAN SOLUSI, IDE, dan KEPUTUSAN MELALUI KOMUNIKASI PADA SUATU ORGANISASI
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka
seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran
yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani
kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai
maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si
pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver).
Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi
ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar
mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan
yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
I.IDE (gagasan) => Si Sender
II.PERUMUSAN
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
III.PENYALURAN (transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
IV.TINDAKAN
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
V.PENGERTIAN
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
VI.PENERIMAAN
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam
rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai
dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat
penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif
mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan
setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila
penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan
sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah
rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan
individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya,
karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga
merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta
dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1.Pengertian Komunikasi
Komunikasiberasal dari bahasa latin yaitu
"Communis" atau "common" dalam bahasa Inggris yang berarti
sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha mencapai kesamaan makna
"commonness", atau dengan ungkapan lain melalui informasi kita
mencoba untuk berbagi Informasi ,
gagasan atau sifat dengan partisipan lain. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah
sering kali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Komunikasi adalah salah satu cara
manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud, dengan syarat
mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang digunakan berdasarkan
sesuatu yang simbolik seperti isyarat,huruf,nomor dan perkataan yang
melambangkan ide-ide yang dapat menyampaikan maksud.
2.Unsur-unsur komunikasi
dalam organisasi
Ada 5 unsur yang terkandung dalam komunikasi:
·Komunikator (communicator)yaitu memberi berita,dalam hal ini
adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
·Menyampaikan
Informasi atau
berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengatakan,mengirim ataupun menyiarkan.
·Berita-berita
( Message )yang disampaikan dapat dalam bentuk
perintah,laporan atau saran.
·Komunikan (communicate)yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung
yang menerima informasi atau berita.
·Reaksi atau
tanggapan (respon)yaitu dalam bentuk
tanggapan atau reaksi.
Kelima unsur komunikasi tersebut
merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila salah satu unsur
tidak ada maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian
masing-masing unsur saling berhubungan dan saling ketergantungan. Dan
keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh semua unsur tersebut.
3.Cara penyaluran ide
melalui komunikasi
Pada umumnya komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan gerak gerik badan seperti tersenyum,menggelengkan
kepala, dan mengangkat bahu. Dalam menyalurkan ide atau solusi harus ada si
pengirim (sender) dan si penerima (receiver). Ide-ide yang diambil pun tidak
sembarangan, tetapi ada penyaringan dan seleksi untuk diambil ide manakah yang
terbaik untuk di ambil dan dilaksanakan untuk oleh organisasi tersebut agar
mencapai tujuan bersama,serta visi dan misi suatu organisasi.
Adapun tahapan-tahapan cara menyalurkan ide melalui komunikasi :
-Ide (gagasan) oleh sender.
-Perumusanyaitu dalam perumusan ini ide si sender
disampaikan oleh kata-kata.
-Penyaluran (transmitting) yaitu penyaluran ini bisa
lisan,tertulis,simbol maupun isyarat,dll.
-Tindakan
yaitu tindakan ini sebagai contoh perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
-Pengertian
yaitu kata-kata si sender dalam perumusan tadi dijadikan ide oleh si penerima.
-Penerimaan
yaitu ide atau informasi ini diterima oleh penangkap berita (receiver).
Dalam membina kerjasama dalam
kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi
organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan
organisasi. Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama, pada organisasi itu
sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang tepat dan se-efektif
mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama benar-benar dilaksanakan
dengan tepat juga.
4.Hambatan-hambatan
komunikasi dalam organisasi:
ØHambatan
Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan
komunikasi. Dari sisi teknologi semakin berkurang dengan adanya temuan baru
dibidang kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi. Sehingga saluran
komunikasi dapat diandalkan dan efisien sebagai media komunikasi. Menurut
Chruden dan Sherman, dalam bukunya Personnel
Management , 1976, jenis hambatan teknis dalam komunikasi :
a. Tidak adanya rencana dan prosedur
kerja yang jelas
b. Kurangnya informasi atau penjelasan.
c. Kurangnya keterampilan membaca.
d. Pemilihan media (saluran) yang
kurang tepat.
ØHambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan
dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Definisi semantik
sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata
membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikan dan
komunikator), tapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya
hubungan antara simbol dan dengan apa yang di simbolkannya dapat mengakibatkan
data yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan
sebenarnya. Untuk menghindari misi komunikasi yang seperti ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik
komunikannya, dan melihai kemungkinan penafsirannya terhadap kata-kata
yang dipakai.
ØHambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor emosi dan
prasangka pribadi, presepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau
ketidakmampuan panca indera manusia,dll.
Menurut Chruden dan
Sherman:
a. Hambatan yang berasal dari perbedaan
individual manusia yaitu perbedaan umur, perbedaan presepsi,perbedaan keadaan
emosi, perbedaan status, keterampilan mendengarkan, penyaringan dan pencairan
informasi.
b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim
psikologis dalam organisasi yaitu Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku staff dan efektifitas komunikasi organisasi.
5.Klasifikasi komunikasi
dalam organisasi
Dalam komunikasi organisasi terdapat
beberapa macam klasifikasi komunikasi dan diantaranya adalan sebagai berikut:
I.Dari segi sifatnya :
a.Komunikasi
lisan : komunikasi yang langsung berbicara.
b.Komunikasi
tertulis: komunikasi yang melalui tulisan.
c.Komunikasi
verbal: komunikasi yang dibicarakan / diungkapkan.
d.Komunikasi
nonverbal : komunikasi yang tersirat.
II.Dari segi arahnya :
a.Komunikasi
ke atas: komunikasi dari bawahan ke atasan.
b.Komunikasi
ke bawah: komunikasi dari atasan ke bawahan.
c.Komunikasi
horizontal : komunikasi ke sesama manusia yang
derajatnya / tingkatnya sama.
d.Komunikasi
satu arah : Komunikasi tanpa ada timbal balik.
e.Komunikasi
dua arah: komunikasi dengan adanya timbal bakik
/ saling berkomunikasi.
III.Dari segi lawannya :
a.Komunikasi
satu lawan satu :
berbicara
dengan lawan bicara yang sama.
b.Komunikasi
satu lawan banyak(kelompok)
:
berbicara
antara satu orang dengan satu kelompok.
c.Komunikasi
lawan kelompok
:
berbicara
antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
IV.Dari segi keresmiannya :
a.Komunikasi
formal: komunikasi yang langsung resmi.
b.Komunikasi
informal: komunikasi yang tidak resmi.
A.Pengertian komunikasi,
komponen dan tujuan komunikasi
1.Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh
banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak
pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan
model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap
tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi,
antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.
2.Komponen
Komunikasi
a.Lingkungan
komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki
tiga dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata
atau berwujud.
2.Sosial-psikoilogis,meliputi,
misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang
dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi.
Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan,
formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
3.Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah
dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi;
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh,
terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana
persahabatan-permusuhan (dimensi
sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan
fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan
banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
b.Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau
pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau
memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca,
membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima
pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan
gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda
menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan
melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda
memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan,
pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap
isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
c.Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan
pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan
gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas,
kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita
melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya,
mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding).
Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi
gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis
sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca
sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini
secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan
dari pendengar (dekoding).
d.Kompetensi
Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk
berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi
(misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada
pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi
pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku
nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan
fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai
banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya,
makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk
melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari
perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi
kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk
mengungkapkan diri.
e.Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita
mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu
dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam
bentuk verbal (lisan atau tertulis),
ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh,
busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan,
menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala
hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
f.Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita
menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai
contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga
memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan
dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori).
Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
g.Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain.
Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke
sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda
menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga
mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda
sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda,
anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik
dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan
dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau
tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
h.Gangguan
Gangguan (noise)
adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi
penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan
dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang
disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi
dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
Desingan
mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata
Psikollogis
Interferensi
kognitif atau mental
Prasangka
dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
Semantik
Pembicaraan
dan pendengar memberi arti yang berlainan
Orang
berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang
terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua
komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya
samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa
yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan
nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta
mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
i.Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu
atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak
komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh
pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau
mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif.
Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan,
emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan
baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal
dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.
j.Etik dan Kebebasan Memilih
Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik
di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah
dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang
efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali kitadapat
mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan
prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati
kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik
begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk
menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar,
pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak
komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani
oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap
efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya
adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak
untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi
dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan
kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih
seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang
relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis
adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara
normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara
normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan
mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan
demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan
anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini,
ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup
umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan
pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih
dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain.
Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk
menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk
tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya
untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental
membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang
dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara
seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan
roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur.
Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian
hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang
kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka
sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki
kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita
menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk
memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.
3.Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu
dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara
sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi
mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak.
Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis
(kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan
komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika
dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984;
Naisbit.1984).
a.Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan
diri (personal discovery) Bila anda
berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga
tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan
dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang
lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran,
dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa
perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain.
Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah
melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi,
sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita
mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita
dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih
baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi
juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek,
peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media
komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,
pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang
dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh darimedia ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi
antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media,
mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap
bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b.Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah
berhubungan dengan orang lain (membina danmemelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan
disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah,
di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan
orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c.Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari
iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang
ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai
penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang
akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor
sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai
bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan
banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun
sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha
mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan
sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film,
membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah
atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar
ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita
yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.
d.Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan
film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku
komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon
mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik).
Adakalanya hiburan inimerupakan tujuan
akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain
sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih
banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas
tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak
komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak
ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh
kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
B.Prinsip-prinsip
komunikasi
Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi
dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali
sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan
prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami
komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya.
1.Komunikasi Adalah
Paket Isyarat
Perilaku
komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi
dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku
verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem
pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu.
Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh
kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum.
Seluruh tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.
Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi,
kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan
sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada
ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila
gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai
ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai
mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.
Pesan yang Kontradiktif
Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu
senang bertemu dengan anda," tetapi. berusaha menghindari kontak mata
langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir.
Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang
kontradiktif (juga dinamai "pesan berbaur" oleh beberapa
penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai tetapi
secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang
terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai
pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh.
Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan
sebagai "diskordansi" (discordance)
merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan
yang berbeda. Sebagai contoh, anda
mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan
perasaan positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin
mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. Hasilnya adalah anda
mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal dan lainnya secara
nonverbal.
2.Komunikasi
Adalah Proses Penyesuaian
Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya
menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang
menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang
lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat
relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem
isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki
perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk
istilah yang mereka gunakan.
Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan
isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan
memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa
mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan
seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang
dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau
dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.
3.Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan
Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu,
berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern
bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut
hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata
kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan
sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan
menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah
yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak
Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila
kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini
akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara
atasan dan bawahan.
Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin
tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap
sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada
bawahan "Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini" atau
"Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini?" Dalam kedua hal, isi pesan
pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan
perilaku yang sama—tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat
pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan
bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan
memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.
Ketidakmampuan
Membedakan Dimensi Isi dan Hubungan
Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh
ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam
komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah
dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai
contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa
yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi
hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau
mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan
soal isi.
4.Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan
Komplementer
Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer.
Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah seorang
mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang
lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif.
Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan
perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.
Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk
persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang
dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya
dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak
berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain. Jika,
misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan
cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia
tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan.
Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak
menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih
menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut
siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan
pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran
dan permusuhan.
Dalam
hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku
salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.
Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara kedua pihak dimaksimumkan.
Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang
satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya,
budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan
murid, atau antara atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya
produktif di mana perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku
yang lain, masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer,
yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan
yang berlebihan. Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yan
melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada
suatu saat sanglt penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang
sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak
itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak
dimungkinkan terjadi.
5.Rangkaian
Komunikasi Dipunkuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu.
Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai
pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke
dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita
mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang
lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan
lainnya sebagai efek atau tanggapan.
Setiap
tindakan merangsang tindakan yang lain. Masing-masing tindakan berfungsi
sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal. Masing-masing
kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan masing-masing kejadian dapat pula
dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan mana yang stimulus dan mana
yang tanggapan. Jika kita menghendaki komunikasi efektif—jika kita ingin
memahami maksud orang lain—maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti
yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari bahwa punktuasi
kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan
persepsi kita sendiri yang unik dan bisa keliru.
Komunikasi adalah proses
transaksional
Komunikasi
adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
Komunikasi adalah Proses
Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan.
Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu
yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam
komunikasi selalu berubah —kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan
lingkungan kita—.
Komponen-komponen Komunikasi Saling Terkait
Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan
secara integral dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling
bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya
dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa
penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya
penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen
proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya, anda sedang
berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke
kelompok. Perubahan "khalayak" ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau teman-teman anda akan mengubah
bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga dapat
mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya. Apa pun
perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai
akibatnya.
Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan
Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan
bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk
bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya
pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian
terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual,
secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali
akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita
dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga
oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah
film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film
tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita —pengalaman masa lalu kita,
emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi
faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali
menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang
digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara berbeda.
6. Komunikasi
Tak Terhindarkan
Anda
mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan
termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi,
seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa
berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda
tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan
komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak
melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita
tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat
seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu.
Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan
reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa
tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa
komunikasi tidak terjadi.
7. Komunikasi
Bersifat Tak Reversibel
Anda dapat
membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat
mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda
dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses
seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat
tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa
dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur
(sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah
anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel. Sekali
anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya.
Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah
terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya, mengatakan, "Saya
sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti
itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan
dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan
diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi
telah menjadi bubur.) l
Prinsip
ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam
bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam
situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang
mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen—pesan
"aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikao
, lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi
yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau
komunikasi masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan
jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat
tak reversibel.
C.Persepsi dalam
konteks komunikasi
Proses Persepsi
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan
satu antara pesan yang terjadi di "luar sana" dengan pesan yang
akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat
berbeda dengan apa yang mencapai otak kita Mempelajari bagaimana dan mengapa
pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi.
1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi
(dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah
lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita,
Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat
ketika berjabat tangan.
2.Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur
berbagai prinsip. (makalah persepsi)
3.Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi
Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah
penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini untuk menegaskan
bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses
subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita
tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai,
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan
sebagainya yang ada pada kita.
Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita
akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii
ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk
sebagian cukup besar orang.
Sumber : www.lrckesehatan.net/.../modul%20komunikasi%20dan%20motivasi...